Jumat, 15 September 2023
Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita
Renungan Sabda: Yoh 19: 25-27
Dekat Salib Kristus
Fr. Anselmus Ryan Ewaldo
Pengalaman pahit dapat dikatakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat
disangkal dan dihindari. Setiap dari kita pasti pernah mendapatkan pengalaman menderita,
dukacita, dan pahit dalam kehidupan ini. Ada berbagai macam bentuk penderitaan serta
pengalaman pahit yang dialami di dunia ini. Mulai dari penderitaan yang ringan sampai yang
berat. Tak jarang pula ketika kita mengalami salib kehidupan ada keinginan untuk menyerah,
marah, putus harapan, dan menyalahkan Allah Sang sumber cinta. Bahkan, lebih parahnya lagi
ada orang memilih “jalan keluar” yang keliru untuk lepas dari masalah dan pergulatan hidupnya.
Berbagai pergumulan dan pergulatan hidup yang kita alami tanpa disadari dapat mengaburkan
cinta Allah yang jauh lebih besar dari setiap permasalahan hidup ini. Apabila kita telah
mengaburkan cinta Allah dalam hidup ini, maka cinta, kesetiaan, dan iman pada Allah perlahan-
lahan juga semakin luntur.
Hari ini Gereja memperingati Bunda Maria Berdukacita. Hari di mana Bunda Maria harus
menyaksikan Putranya wafat di kayu salib secara mengerikan. Ibu mana yang tidak hancur hatinya
melihat anaknya harus wafat dengan penuh penderitaan. Inilah saat di mana salib kehidupan
Bunda Maria berada di titik terpedih dalam hidupnya. Namun, Bunda Maria terus menjalani
penderitaan itu dengan setia sampai Yesus akhirnya wafat di salib. Bahkan Bunda berdiri di
dekat salib Kristus. Ia tidak lari dan meninggalkan Kristus. Bunda Maria justru mendekat pada
salib Kristus. Ia mau ikut menderita dan memanggul salib kehidupannya bersama Putranya
sampai akhir.
Bunda Maria memberi teladan kepada kita agar mau memanggul salib dengan setia dan
penuh cinta sampai akhir. Kita diajak untuk tidak alergi pada salib kehidupan. Sebab bukankah
salah satu syarat mengikuti Yesus itu harus memikul salib? Salib bagi kita pengikut Kristus
bukanlah hal yang asing lagi. Justru ketika sedang mengalami kepahitan hidup kita hendaknya
mendekat pada salib Kristus. Semakin mendekat pada salib Kristus kita akan melihat cinta Allah
yang sempurna. Ketika semakin dekat pada Kristus yang tersalib kita akan menyadari bahwa
Kasih Allah jauh melampaui permasalahan hidup ini. Seperti Bunda Maria yang menjadikan
Salib Kristus sebagai kekuatannya untuk terus setia berada di dekat-Nya. Demikianlah kita
hendaknya menjadikan salib Kristus sebagai kekuatan kita dalam menjalani kehidupan ini.
Pertanyaan reflektif bagi kita sekarang ialah apakah tetap setia dan mengandalkan Kristus saat
memanggul salib kehidupan ini? Apakah aku sudah menjadikan salib Kristus sebagai kekuatan
dalam hidup ini? Adakah pengalaman kasih Allah yang aku temukan ketika berada di titik
terendah dalam hidupku?