Berbicara mimpi, tidak berhenti hanya di imajinasi. Mimpi bersambung dengan visi, misi, strategi dan aksi untuk meraihnya. Begitu pula yang terbersit di benak awal para misionaris. Mereka bermimpi untuk membangun Gereja pribumi dengan mendirikan seminari. Mimpi itu bermula dari Mgr. Willekens yang akhirnya merintis untuk mendirikan Seminari Tinggi St. Paulus. Tahun 2018 ini, Seminari Tinggi St. Paulus memasuki usia 50 tahun menempati Jl. Kaliurang Km. 7, Kentungan, Yogyakarta. Dalam rekam jejak sejarah, Seminari Tinggi St. Paulus berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain sebanyak delapan kali.
Seminari Tinggi Santo Paulus didirikan oleh Vikariat Apostolik Batavia, Mgr. P. Willekens, SJ di Muntilan pada tanggal 15 Agustus 1936. Uniknya, pada tahun 1938, komunitas Seminari Tinggi sudah mempunyai 16 orang. Karena keterbatasan tempat di Muntilan, bergabunglah komunitas Seminari Tinggi dengan Seminari Menengah Mertoyudan yang diikuti pergantian pimpinan yakni Pater Rickevorsel, SJ digantikan Pater H. Muller, SJ. Selanjutnya, tahun 1940, berhadapan dengan situasi perang pada waktu itu, Seminari Tinggi pindah di pinggir kali Code. Pada tahun yang sama, Seminari pernah pula “ngungsi” di Panti Rapih karena situasi stabilitas politik negara waktu itu yang memaksa pendidikan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kemudian pada tahun 1944, Seminari sempat menempati bekas asrama Budi Utama di Sindunegaran. Setahun kemudian, tahun 1945, Seminari Tinggi berpindah dari Sindunegaran dan menumpang di Kolese Jesuit (Kolsani), Kotabaru, lalu kembali lagi ke Jl. Code II. Baru kemudian pada tahun 1968, ketika rektor Seminari Tinggi dijabat oleh Rm. T. Wignyasupadma, SJ, Seminari Tinggi berpindah lokasi dari Jl. Code II ke Kentungan. Pada waktu itu, Seminari dihuni juga oleh calon imam diosesan dari keuskupan lain: Bandung, Denpasar, Ende, Larantuka, Makassar, Malang, Purwokerto, Surabaya, dan Sintang. Bahkan saat itu juga, Seminari Tinggi menampung sejumlah calon imam dari kongregasi CSSR. Hal ini amat menampakkan bahwa Seminari Tinggi memfokuskan diri pada pembangunan Gereja Katolik di Indonesia.
Momen Syukur dan Aksi Panggilan
Perayaan 50 tahun Seminari Tinggi St. Paulus bertempat di Kentungan menjadi momen refleksi dan syukur atas karya para pendidik yang berkomitmen untuk mengembangkan calon-calon imam diosesan. Rasa syukur itu dibungkus dalam balutan tema reflektif: “Journey for A Dream” sebagai roh dasar seluruh penyelenggaraan kegiatan perayaaan 50 tahun Seminari. Selain itu, perjalanan seminari berpindah-pindah tempat menandakan bahwa pendidikan calon imam menjadi cermin Gereja diaspora karena tantangan zaman, termasuk berdiaspora menjaring calon-calonnya. Untuk itu, Seminari Tinggi St. Paulus secara khusus menyelenggarakan Saint Paul Festival 2018 untuk para misdinar se-Kevikepan Yogyakarta pada hari Minggu, 18 November 2018.
Festival antar misdinar paroki se-Kevikepan Yogyakarta tersebut dikemas dalam bentuk kompetisi mulai dari pukul 09.00 – 17.00 WIB. Ada lima jenis perlombaan yang dibuat. Pertama, lomba Romo Cilik yakni lomba memberi khotbah/homili layaknya para Romo melakukannya di mimbar sabda ketika misa. Lomba ini dibuka untuk kategori SD dan SMP. Kedua, lomba Paramenta yakni lomba mengenali alat-alat liturgi, dan mempersiapkan perlengkapan liturgi berdasarkan penanggalan kalender liturgi resmi. Ketiga, lomba film pendek yakni lomba membuat cinematic film dalam durasi 5-7 menit dengan tema: “Journey for A Dream”. Keempat, lomba Saint Paul Got Talent adalah lomba ekpresi seni multi-genre untuk memfasilitasi berbagai bakat/talenta yang dimiliki oleh para misdinar. Kelima, lomba The Journey yakni lomba outbound berkelompok mencari harta karun dengan sandi-sandi rahasia sebagai petunjuk untuk menemukannya. Kegiatan Saint Paul Festival itu sendiri diikuti 650 peserta dari berbagai misdinar perwakilan paroki se-Kevikepan Yogyakarta. Geliat para misdinar sangat terasa sekali dalam berjuang meraih mimpi sebagai juara-juara tiap cabang lomba.
Usai perlombaan, para misdinar diajak untuk mensyukuri rahmat perjumpaan dalam Misa Syukur 50 tahun Seminari Tinggi. Misa dipimpin oleh Rm. Yohanes Rasul Edy Purwanto, Pr (Vikjen Keuskupan Agung Semarang) didampingi oleh Rm. Maradya, Pr (Vikep Kevikepan Yogyakarta) dan para romo staff Seminari. Uniknya, kesempatan homili digunakan oleh Rm. Edy untuk katekese tentang Hari Orang Miskin Se-dunia yang ke-II yang dirayakan. Beliau mengundang pemenang lomba Romo Cilik kategori SD untuk mengisi renungan tentang persembahan janda miskin. Suasana menjadi sangat cair dan menggugah para peserta untuk membuka hati pada panggilan Tuhan menjadi calon imam, suster, bruder, biarawan/biarawati. Selanjutnya, sebelum berkat penutup, disampaikan pengumuman hasil kejuaraan lomba dari masing-masing kategori lomba. Suasana antusias dan haru terjadi di wajah-wajah para peserta dan pendamping yang dinobatkan sebagai juara perhelatan Saint Paul Festival 2018 di dalam Kapel Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan. Akhirnya, kegiatan aksi panggilan dalam rangka 50 tahun Seminari di Kentungan ditutup dengan pembagian kenang-kenangan dan stiker hasil desain para frater tentang hidup panggilan.
Melangkah Bersama, Meringankan Beban Keuskupan
“Journey For A Dream” menjadi tema reflektif yang diusung dalam perayaan 50 tahun Seminari di Kentungan. Ekspresi seni menjembatani refleksi tersebut dikemas dalam kesempatan Malam Selebrasi 50th Seminari Tinggi St. Paulus di Kentungan pada hari Senin, 19 November 2018 pukul 17.00 – 20.00 WIB. Memasuki pintu masuk Seminari, para tamu undangan disuguhi dengan instalasi seni hasil karya kreatif para frater. Karya seni yang ditampilkan bervariatif. Mulai dari hasil karya miniatur wall climber dari bahan koran bekas, lukisan akrilik dan kapur bertema seputar hidup panggilan dan rohani dengan media kanvas dan gedhek (kerajinan anyaman bambu), pohon harapan burung-burung pelikan berbahan flipchart, sampai dengan kloset batik yang dibuat dari kain perca batik dipadukan dengan komputer bekas memanjakan mata dan hati para pengunjung. Uniknya, karya seni para frater ini memantik para pengunjung untuk berefleksi tentang kehidupan lebih dalam. Misalnya, dari hasil karya kloset batik yang dipadukan dengan komputer bekas diberi judul refleksi: “Kisah Penciptaan”. Hal ini mengingatkan pada ide-ide brilian yang muncul dari awal mula hingga kemajuan teknologi saat ini tidak jarang lahir dari waktu “Me Time” di WC/Kamar Mandi.
Usai dimanjakan dengan instalasi seni, para tamu diajak untuk menikmati drama musikal “Journey for A Dream” yang mengangkat kisah pergulatan sehari-hari seorang frater meraih mimpi menjadi imam. Hadir pula Mgr. Robertus Rubiyatmoko, (Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang) dan Mgr. Christophorus Tri Harsono (Uskup Keuskupan Purwokerto) yang terlibat mengisi talk-show bersama Rm. Djoko Setya Prakosa, Pr (Rektor Seminari Tinggi St. Paulus) dalam kesatuan alur cerita drama musikal. Dalam talk-show, Mgr. Rubiyatmoko menyampaikan harapannya pada para frater untuk mampu berkembang menjadi imam-imam yang berkembang secara utuh, baik dari sisi rohani, intelektual, hidup berkomunitas, kepribadian, dan pastoral. Mgr. Tri Harsono juga menyampaikan harapannya pada seminari dan penghuninya untuk sehat lahir-batin sehingga tidak menjadi “biang masalah’ bagi masa depan Gereja. Kesadaran sehat lahir-batin bersumber dari olah hidup rohani dan relasi dengan Allah yang dihidupi dalam bidang-bidang pembinaan. Selain itu, Rm. Djoko selaku rektor, memberi himbauan kepada para frater untuk semakin sadar bahwa panggilan menjadi imam bukan semakin menambah beban Uskup/Keuskupan, tetapi justru harus berani meringankan beban Uskup/Keuskupan. Suasana talk-show berjalan dengan interaktif, bahkan segenap umat juga diberi kesempatan untuk menyampaikan harapannya kepada para frater yang sedang menempuh pendidikan sebagai calon imam.
Akhirnya, drama musikal dipungkasi dengan senandung lagu “A Millions Dreams” The Greatest Showman yang dinyanyikan bersama-sama oleh seluruh audiens yang hadir. Perayaan syukur 50 tahun Seminari Tinggi St. Paulus di Kentungan menjadi simbol, tanda, dan sarana nyata bahwa karya Allah tidak pernah surut dalam menyediakan calon-calon imam Gereja masa depan, meski harus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain dan bertahan dalam berbagai tantangan zaman.
Fr. Fikalis Rendy Aktor (Tingkat VI, Keuskupan Purwokerto)
One Response
Para Pastor pimpinan yang Mulia
di Seminari Tinggi Kentungan
Yogyakarta
Hari ini, hari minggu , tanggal 9 bulan februari tahun 2020. Saya ingin memperkenalkan diri saya, sebelum saya, menulis kesaksian saya terhadap Almarhum Romo Mangun Wijoyo.
Nama saya :Duarte da Costa Sarmento, ST, M.Eng
Dulu pada tahun 1995 sampai tahun 2000, saya mahasiswa Teknik Mesin UGM. Sekarang Sebagai Dosen di Jurusan mesin, Fakultas Teknik, UNTL Timor Leste.
Semua pastor saya sangat respect, namun yang satu ini, dan sudah almarhum, terkenal dengan nama Romo Mangun, pimpinan kali Code Yogyakarta. Semenjak saya kuliah di Yogya, saya jarang bertatap muka dengan Romo Mangun. Namun Romo Mangun sangat peduli dengan anak sekolah dan mahasiswa, dari Timor Leste, waktu itu Timor Leste terkenal dengan nama TimTim propinsi ke 27. Romo mangun sangat mendukung perjuangan kemerdekaan TimTim. sehingga beliau selau melindungi kami, dari kejaran intelijen, karena dianggap pemberontak. Dalam perjuangan Romo Mangun, berjanji kepada kami. Beliau mengatakan bahwa ´´selama saya masih hidup, saya akan berjuang bersama kalian untuk memeerdekan TimTim sebagai sebuah bangsa yang merdeka´´.
Kata-kata Beliau itu saya simpan dalam hati, karena menjadi pendorong spirit saya.
Ketika Romo Mangun di panggil Sang Pencipta di Jakarta, dalam sebuah seminar, dan jenazahnya di bawah ke Yogyakarta, dan di semayangkan di malboro, di Greja sebelah kantor pos, pusat yogyakarta, saya turut berdoa disana. Disitulah mulanya akan terjadi kesaksian saya terhadap Romo Mangun, sebagai spiritual yang setia terhadap janjinya.
Awalnya Sehabis kuliah saya dan teman saya dari flores nama Christian Rudyanto, kami sama mahasiswa teknik mesin UGM. Kami layat untuk berdoa rosario. Malam jam 9 saya dan teman saya, berangkat melayat, untuk berdoa kepada arwah Romo Mangun. Sesampainya kami di Greja, ada kain puji, yang di tarik di tembok pintu masuk Greja, keliling tembok dalam. Saya melihat banyak orang yang tulis kesan dan pesan ti kain putih itu. Tanpa ragu-ragu saya mengambil spidol dan menulisny. apa yang saya tulis adalah: Janji Romo tenntang perjuangan untuk kemerdekaan TimTim. Isi tulisan saya begini: Rom Mangun Engkau sudah meninggal, engkau pernah berjanji untuk berjuang bersama kami, supaya kami bisa memperoleh kemerdekaan. Tapi sekarang , kami sendirian. Apakah kami akan merdeka di kemudian hari? Stelah itu saya tanda tangan. Dan kami masuk Greja berdoa rosario. Dalam doa rosario, satu putaran belum selesai, saya terasa mengantuk sekali, padahal sebelum berangkat, saya minum dua gelas kopi. Saya tetap bertahan, sampai doa rosario selesai. Kemudian saya bilang ke teman, ayoh kita pulang saya ngantuk sekali. kemudian kami pulang naik motor. Sampai di kost saya buka pintu, masuk langsung tidur, tanpa menutup pintu. Saya tidur langsung mimpi ketemu Romo Mangun, berbicara dengan saya, beliau mengatakan, kamu mau tahu tentang kemerdekaan negaramu TimTim yah? Saya jawab yah romo. Beliau mengatakan kalau begitu, kamu ambil kampak itu, tebang pohon besar itu, supaya jatuh ke arah timur. Tanpa bertanya, saya lakuakn seperti yang diperintahkan oleh Romo. Saya ambil kampak, terbang pohon yang ditunuk itu sesuai anjuran Romo Mangun. Ketika pohon itu sudah mendekati tumbang, saya potong dari belakang, tiba-tiba ada angin ribut, pohon itu tumbang berlawanan arah, dan menimpa sebelah rumah bagian kanan. Saya kaget, saya bilang, waduh rumah saya hancur. Kemudian, saya berpikir, dalam mimpi itu, bagaimana, caranya menyingkirkan, pohon besar ini, sedangkan saya sendirian lagi. Saya baru berpikir, banyak teman berbondong-bondong, bawah loder, sensor, gergaji, datang motong pohon yang sudah tumbang itu, dan singkiran dari rumah saya. Sehingga dalam waktu sekejab, rumah saya bersih dari pohon dan daun-daunan.
Akhirnya saya kaget, bangkit, terbangun. Saya mereka-reka arti mimpi itu, mencari jawaban, dan masih dalam keraguan. Namun jawab sementara yang dari saya adalah pasti keluarga saya, ada yang mau meninggal, ada pasti banyak orang akan membantu saya. Begitu saya terbangun, saya ambil kertas tulis mimpi itu, disertai dengan hipotesisnya. Kemudian saya lanjut tidur, sampai pagi.
Sorenya kami pergi antar Jenazah Romo untuk di makamkan di Seminari Kentungan. Kebetulan didekat seminari itu ada asrama Mahasiswa TimiTim.
Selanjut kami berangkat beriring-iringan jenazah Romo, ke Kentungan, banyak umat, yang hadir, sepanjang jalan ada karangan bunga. Sebagian umat sudah menanti di kentungan. Setelah sampai ke pemakaman, karena sakin banyak orang berdesak-desakan, saya tidak dapat bagian depan. Saya tetap Sabar. Sehabis uparaca pemakaman, dan pemakaman jenazah Romo, orang berdesak-desakan, tabur bunga dan bakar lilin. Saya nunggu supaya saya yang paling terakhir. Setelah semua orang selesai tabur bunga dan bakar lilin, giliran saya, datang ke kuburan Romo bakar lilin dan tabur bunga ditangan saya, dan saya berdoa. Saya juga sudah siapkan sebuah tulisan, tentang mimpi saya semalam itu. Isi tulisan saya, adalah minta Romo untuk memberi jawaban yang pasti tentang kemerdekaan bangsa kami yang sedang kami perjuangkan. Kemudian sehabis berdoa, saya bakar kerta itu, dikuburan Romo Mangun. Setelah itu kami pulang ke kost.
Malamnya saya mau tidur berdoa lagi, dan saya mimpi ketemu lagi Romo Mangun, Beliau mengatakn, kamu mau atu arti yang sebenarnya, kenapa pohon yang saya suruh kamu tebang, jatuh berlawanan arah? Meninpa rumah kamu, dan banyak orang datang membantu kamu membersihkannya sampai bersih. Saya jawab yah Romo, beri aku jawaban yang jelas. Sebentar lagi kalian akan merdeka. Tetapi karena kalian tidak kompak, maka kalian akan salin membunuh. Salah satu keluarga laki-laki dalam rumahmu akan terbunuh. Namun Jangan kawatir, semua bangsa akan membantu dalam proses kemerdekaan , kalian meskipun saya sudah tidak disampin kalian. Ini sungguh percakapan saya dalam mimpi dengan yang muliah Almarhum Romo Mangun. Meskipun sudah mati masih mau mambantu menjelaskan proses kemerdekaan bangsa kami Timor Leste Sekarang ini.
Romo Mangun tulus dengan membantu kami, sudah meninggalpun masih mau menyisipkan waktu untyk berkomunikasi dengan saya lewat mimpi, serpti nyata.
Keajaiban dan mujijat
Ketika tanggal 30 agostus tahun 1999, dilakuan jajah pendapat dengan dua opsi yang ditawarkan oleh Presiden Habibie. Dengan nota beninya, dimenangkan oleh kami, dalam jajah pendapat, kota dili di hanguskan oleh milisi pro integrasi. Dan Keponakan saya terbunuh oleh milisi pro integrasi. Itulah jawaban dari Romo Mangun, tentang pohon jatuh berlawanan arah dan menimpah rumah saya. Menurut Romo salah satu keluarga saya akan mati. Sungguh terjadi seperti apa yang di katakan oleh Romo Mangun dalam mimpi saya itu.
Kemuadian Kami sudah merdeka saya belum selesai kuliah, meskipun teori sudah habis, judul skripsi sudah ada saya belum susun. Karena situasi yang membuat kami harus sembunyi sana sini. Salin bunuh membunuh , saya sampai dicari sama milisi de kampus UGM, kami diswiping di kost-kost sama milisi prointegrasi. Pada bulan Juni 2000, saya datang ke kuburan Romo Mangun, berdoa, minta pertolongan untuk beri semangat agar saya cepat selesai menyusun skrip saya dan ujian. Seteleh berdoa, saya datang ke jurusan menghadap pembimbing skripsi saya. BaPak Ir. Sunardjo, M.Sc , Pembimbing saya bilang kamu harus cari buku 2 referensi ini, untuk menyusun skripsi kamu. Buku-buku ini, di perpustakaan UGM tidak ada, yang ada di Dikti. Saya beli tiket berangkat ke Jakarta, cari buku di dikti, tidak ada buku seperti yang pesankankan oleh dosen pembimbing. Saya langsung ke perpustakan ITB Banding. Syukur disitu saya dapat buku itu, dan saya pinjam, dan mintah untuk dikopykan. Penjaga perpustakaan setuju dan kopykan kedua buku itu kepada saya. Kemudian saya bawah pulang ke Yogya, untuk menyusun skripsi. Dalam satu bulan saya menyusun skripsi, yaitu bulan Juli 2000, dan awal bulan agostus 2000, saya ujian skripsi S1, dan Pertengahan Agostus 2000 saya wisuda pada tanggal 17 Agostus 2000. Kemudian Saya Mengajar di Politeknik Manufature Bandung, sampai bulan November 2000, saya kembali ke Dili, Timor Leste dan mengajar di UNTL. Itulah Kesaksian saya tentang Yang Mulia Almarhum Romo Mangun Wijoyo. Mujijat dan Tuhan Yesus Lewat Romo mangun kepada saya.
Terima kasih Para yang Mulia pimpina Romo di Seminario Tinggi Kentungan.
Saya cari cari email. tidak dapat, maka saya sempatan diri, untuk menulis di kolom koment ini.
Terima kasih atas memabacanya, semoga bermanfaat.
Duarte da Costa Sarmento, ST, M.Eng
Dosen UNTL Timor Leste
samento_2005@yahoo.com.au
no wa :+351 934652900
no Hp 085738935657