[et_pb_section fb_built=”1″ admin_label=”section” _builder_version=”3.0.47″][et_pb_row admin_label=”row” _builder_version=”3.0.48″ background_size=”initial” background_position=”top_left” background_repeat=”repeat”][et_pb_column type=”4_4″ _builder_version=”3.0.47″][et_pb_text quote_border_weight=”27px” quote_border_color=”#e02b20″ admin_label=”Text” _builder_version=”3.21″ text_font=”||||||||” quote_font=”Cabin||||||||” quote_text_align=”right” quote_text_color=”#0c71c3″ quote_font_size=”23px” quote_line_height=”1.2em” header_font=”||||||||” header_2_font=”Atma|||on|||||” header_2_text_align=”center” header_2_text_color=”#c80e04″ header_2_font_size=”27px” header_2_letter_spacing=”2px” header_2_line_height=”0em” header_2_text_shadow_style=”preset4″ header_3_font=”Atma||||||||” header_3_text_color=”#e02b20″ header_4_font=”Atma||||||||” header_4_text_color=”#651906″ header_4_font_size=”19px” header_4_line_height=”1.5em” header_5_font=”Atma||||||||” header_5_text_color=”#e02b20″ header_5_letter_spacing=”3px” header_5_text_shadow_style=”preset4″ header_6_font=”Advent Pro||||||||” background_size=”contain” background_repeat=”round” background_blend=”difference” border_width_left=”0px” custom_margin=”||0px” inline_fonts=”ABeeZee”]
Teguh dalam Iman
Fr. Saptono
Saudara-saudari yang terkasih, berkah Dalem. Dalam permenungan kali ini, saya tertarik untuk merenungkan kata “menggoncangkan imanmu” (Yoh 6: 61). Sebelum saya memulai renungan, saya hendak bercerita. Suatu ketika, ada orang berkata; Saya berani menghadapi tantangan, kesulitan, dll, untuk membela iman saya. Saya berani berkorban, wani nggetih (katanya dalam bahasa Jawa). Namun pada suatu ketika, dia dihadapkan pada kesulitan yang hebat. Kesulitan itu membuat imannya terguncang sehingga mengeluh; kalau begini saya lebih baik pergi saja (keluar dari imannya). Rasanya apa yang dikatakan tidak sesuai dengan tindakannya. Imannya diguncang oleh permasalahan.
Cerita itu berbeda sekali dengan apa yang dialami oleh Santo Athanasius, yang diperingati saat ini. Athanasius adalah Uskup dan Pujangga Gereja. Athanasius lahir tahun 295 di Alexandria. Athanasius dikenal karena membela ajaran keallahan Yesus Kristus melawan bidaah Arianisme –kelompok yang menganggap bahwa Yesus adalah “antara” Allah dan manusia. Yesus bukan manusia tetapi juga bukan Allah tetapi di tengah-tengahnya. Ajaran Arianisme ini hendak memecah belah Gereja. Athanasius dengan berani melawan Arianisme. Perlawanan terhadap ajaran Arianisme membuat Athanasius harus mengalami berbagai kesulitan. Athanasius harus meninggalkan kotanya paling tidak lima kali. Athanasius juga dibuang selama tujuh belas tahun. Meski pengalaman berat menimpanya, Athanasius tidak terguncang imannya.
Athanasius berpegang teguh pada imannya. Imannya tidak hanya dikatakan tetapi juga diungkapkan dengan tindakan. Santo Athanasius menjadi teladan yang sangat baik untuk menghidupi iman kita. Kita diajak untuk menghidupi iman tidak hanya dengan kata-kata tetapi tindakan. Dengan begitu, kita akan terbiasa dengan kesulitan atau tantangan dalam menghidupi iman. Kesulitan itu yang menjadi pembelajaran kita untuk semakin memperkuat iman kita. Kita tidak akan mudah terguncang imannya ketika mengahadapi kesulitan atau tantangan seperti Santo Athanasius. Dimuliakanlah Tuhan, kini dan sepanjang masa. Amin.
Sumber gambar: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/26/Ikone_Athanasius_von_Alexandria.jpg
[/et_pb_text][/et_pb_column][/et_pb_row][/et_pb_section]