|

Search
Close this search box.

Renungan Sabda: Luk 11:37-41 (Selasa Pekan XXVIII-B)

Facebook
WhatsApp
Email

“Teguran Kasih”

Doa Pembuka

Allah Sumber Iman Sejati, kami mohon kepada-Mu, tuntunlah kami selalu pada iman yang benar yakni pada Kristus Putera-Mu. Sehingga kami pun dapat selalu dekat pada-Mu dan melihat terang kasih-Mu. Amin.

Renungan

        Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, apakah anda pernah melanggar peraturan? Apakah ada orang lain yang tahu perbuatan anda? Apa komentarnya? Bagaimana perasaan anda sendiri ketika melanggar aturan yang ada? Hidup manusia sendiri pada dasarnya penuh akan berbagai aturan. Mulai dari aturan umum yang dibuat oleh negara seperti hukum pidana dan hukum perdata, sampai aturan-aturan yang lebih lokal seperti adat istiadat, kesopanan, kontrak kerja, serta aturan sekolah. Berbagai macam aturan tersebut sebenarnya memang ada demi keteraturan dan kebaikan diri atau juga dalam kaitannya dengan hidup bersama dengan orang lain.

      Dalam bacaan Injil hari ini, kita kembali melihat orang Farisi mempermasalahkan Yesus yang tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. Dalam adat istiadat orang Yahudi, mencuci tangan sebelum makan adalah sebuah aturan tertulis yang ada turun temurun. Namun demikian, aturan yang dipermalahkan tersebut bukanlah lagi tentang kebersihan dan kesehatan. Orang Farisi tersebut tampaknya lebih berpikir tentang hal yang sifatnya ritual belaka atau sekedar formalitas yang sewajarnya diperbuat. Ada kemungkinan juga bahwa orang Farisi tersebut hanya mencari-cari kesalahan yang bisa digunakan untuk menyerang Yesus. Oleh karena itulah, Yesus menegur mereka yang lebih fokus terhadap hal-hal luaran sehingga lupa membersihkan sesuatu yang lebih penting yakni hati dan pikiran.

         Kita sendiri terkadang sama seperti orang Farisi tersebut. Ketika melihat orang lain berbuat salah dan menegurnya, kita lalu merasa lebih hebat dari padanya. Dalam kasus yang lebih parah, kita lalu merasa memiliki kuasa untuk menghakimi orang tersebut. Tanpa sadar, kita lalu merasa lebih hebat dari Allah sehingga dapat menilai kedosaan orang lain. Oleh karena itu, marilah kita bertanya kepada diri kita masing-masing. Apakah motivasi saya dalam menegur orang lain? Apa karena saya senang mekihat kesalahan orang lain? Atau semata karena saya mengasihi saudara saya tersebut?

Doa Penutup

Ya Bapa, kami bersyukur pada-Mu atas sapaan yang kami terima melalui Sabda-Mu. Kami mohon curahkanlah kerendahan hati kepada kami agar dapat melihat segala sesuatunya secara lebih bijaksana. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.

(Fr. Dominikus Bagaskara, Tingkat III)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *