|

Search
Close this search box.

Renungan Sabda: Luk 11 : 5-13 (Kamis Pekan XXVII-B)

Facebook
WhatsApp
Email

“Terbuka pada Allah yang Mencintai”

Doa Pembuka

Allah Sang Maha Cinta, bukalah hati kami pada sabda-Mu yang menyejukkan. Berilah kami keberanian untuk berani melihat sekitar kami agar kami pun semakin peka untuk berani membalas cinta-Mu bagi sesama kami. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.

 

Renungan

        Untuk membuka renungan hari ini saya ingin mengilustrasikan dengan pertanyaan sederhana. Bagaimana perasaan kita jika ada salah seorang teman yang kita tahu baru saja pulang pergi dan sangat capai, tiba-tiba dengan wajah yang gembira mendatangi kita karena hanya ingin sekedar mengucapkan selamat malam pada kita? Atau bagaimana perasaan kita jika ada tetangga yang baru saja sampai di rumahnya setelah pergi seharian dan dalam keadaan capai datang ke rumah kita untuk sekedar memberi oleh-oleh yang dibawakan khusus untuk kita? Atau bagaimana perasaan kita jika ada anak/adik/saudara kita yang seharian mengikuti kegiatan sampai malam tapi menunda tidur karena ingin menceritakan pengalamannya pada kita? Jika dihadapkan pertanyaan-pertanyaan macam itu, pasti kita akan menjawab tersentuh pada sikap mereka apalagi mereka adalah orang yang setidak-tidaknya memiliki relasi sangat baik dengan kita. Bahkan dalam konteks tertentu seolah-olah kita ingin membalas kebaikan mereka dengan cara kita sendiri.

 

 

      Dari pertanyaan ilustrasi diatas mari kita merenungkan kata-kata Yesus yang mengatakan “jika kalian yang jahat tahu memberi yang baik kepada anakmu, betapa pula Bapamu yang di surga”. Hari ini Yesus dengan jelas mendeskripsikan bagaimana perasaan Bapa dalam melihat kita sebagai anak-anak-Nya. Jika kembali pada pertanyaan ilustrasi tadi, kita bisa merenungkan bahwa kita yang masih memiliki hati yang tidak sesempurna Bapa saja memiliki rasa ketersentuhan yang mendalam terhadap sikap orang-orang yang kita cintai apalagi Bapa yang mencintai dan setiap saat melihat kita. Saya yakin kita sepakat dan sehati dalam pengertian bahwa Bapa kita yang ada di surga memiliki hati seorang Bapak yang sangat mencintai anakNya dan kita juga pasti sepakat bahwa Bapa memiliki hati yang jauh berkali-kali lipat sempurna dari pada hati manusia.

 

 

            Nah, jika kita kembali mengingat bagaimana perasaan kita melihat sikap orang-orang yang mau mengabaikan rasa malas, capai dll hanya karena ingin menyapa kita, pasti dalam hati kita akan muncul rasa trenyuh atau bahkan rasa cinta kita pada orang itu akan semakin membesar dan dalam suatu kesempatan pasti ada keinginan kita untuk membalas sikap cinta mereka. Mari kita  mengontemplasikan bagaimana perasaan Allah yang Mahasempurna dan penuh cinta jika melihat kita yang sedang dipenuhi rasa kemalasan, capai, galau, sedih dll mencoba untuk mengabaikan perasaan itu dan mengambil waktu sejenak untuk menyapa Allah melalui doa-doa singkat? Jika kita saja yang masih memiliki kekurangan dalam hati memiliki rasa bahagia terhadap sikap cinta yang demikian, bukankah Allah juga akan memiliki rasa bahagia, trenyuh dll yang jauh lebih besar terhadap anak-anakNya?

 

 

           Terkadang kesibukan menjadi faktor yang menjauhkan dan bahkan membuat kita lupa terhadap kehadiran Allah dalam kehidupan kita. Tapi apa pun keadaannya, mari kita wujudkan cinta kita pada Allah dalam keadaan apa pun dalam hidup kita dengan berani mengambil waktu di tengah-tengah kesibukan untuk sejenak menyapa Allah yang selalu memperhatikan kita setiap saat. Setelah berhasil bertekun dalam doa di tengah-tengah kesibukan, cobalah sejenak (mungkin sebelum tidur) membiarkan diri untuk merasakan bahwa Allah melihat kita dengan penuh cinta. Bagaimana kita akan mencintai dengan tulus jika tidak pernah membiarkan diri untuk dicintai secara tulus?

 

Doa Penutup

Allah Pencinta Kehidupan, ajarilah kami berani menyediakan waktu untuk sejenak memasuki keheningan dan bersimpuh dalam doa. Di tengah kepadatan tugas-tugas kami, utuslah Roh Kudus-Mu agar menggelitik hati kami untuk selalu ingat akan karya agung-Mu di setiap langkah hidup kami. Tanpa doa dan rahmat-Mu, kami tak bisa apa-apa. Hanya kepada-Mulah pujian hormat dan bakti selama-lamanya. Amin.

 

 

 

(Fr. Adhi Jati, Tingkat III)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *