|

Search
Close this search box.

Renungan Sabda: Luk 11:27-28 (Sabtu Pekan XXVII-B)

Facebook
WhatsApp
Email

“Definisi Bahagia”

Doa Pembuka
        Allah kami yang berbelas kasih, kasih-Mu senantiasa membimbing kami untuk merasakan kebahagiaan. ajarilah tiap hari kami untuk mengupayakan kebahagiaan bagi sesama kami. Amin.

 

 

Renungan

        “Apakah mungkin dia, Definisi bahagia , Dengannya aku bersedia , Habiskan usia”
        Banyak yang mengatakan bahwa bahagia itu sederhana, namun pertanyaannya adalah bahagia apa yang dimaksud? Apakah bahagia itu dapat dikaitkan dengan mendapatkan jodoh seperti kutipan lirik lagu tersebut.? Apakah bahagia itu dapat diartikan dengan mempunyai jabatan atau posisi penting? Atau justru apakah bahagia sama halnya dengan mempunyai harta yang melimpah ruah? Mungkin hal-hal tersebut dapat dikatakan sebagai suatu “kebahagiaan”, tetapi tidak dapat  diartikan atau disamakan dengan makna “kebahagiaan” itu sendiri. Mengapa demikian?

 

 

        Berdasarkan penelitian para psikolog, definisi kata “bahagia” dapat diterjemahkan sebagai sesuatu luapan rasa sukacita yang berasal dari dalam diri dan berlangsung dalam waktu yang lama. Yah mungkin untuk sebagian orang hal-hal tersebut sudah merupakan definisi bahagia. Akan tetapi apakah kebahagiaan tersebut sejati? Lalu apakah kebahagiaan sejati tersebut? Salah seorang ahli pernah mengatakan bahwa kebahagiaan sejati adalah suatu pencapaian terus menerus. Pencapaian tersebut tidak hanya mengutamakan perasaan nyaman atau menyenangkan sesaat, tetapi terkait dengan usaha agar dapat hidup secara baik terus menerus.

 

 

           Pada hari ini, melalui injil Lukas 11:27-28 Yesus memberikan definisi bahagia kepada kita. Definisi yang diberikan Yesus tidak hanya pengertian bahagia sebatas fisik. Ketika seorang wanita berkata bahwa “berbahagialah ibu yang mengandung dan meyusui Engkau”, Yesus justru meluruskan, menambahkan, sekaligus memberikan pemahaman definisi bahagia yang sejati. Definisi tersebut ialah bahwa “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan sabda Allah dan memeliharanya”. Yesus tidak menyanggah pemahaman wanita tersebut tentang kebahagian, namun Yesus secara perlahan mengajak tidak hanya wanita tersebut tetapi juga kita semua bahwa kebahagian sejati bukanlah melulu perkara hal-hal duniawi. Kebahagiaan yang Yesus maksud adalah  kebahagiaan sejati, dimana setiap orang yang beriman memiliki relasi yang mendalam dengan Allah dengan mengutamakan sabda-Nya. Pertanyaanya adalah apakah kita sudah menemukan kebahagiaan sejati di dalam hidup kita? bersediakah kita untuk senantiasa terus-menerus mencarinya?

 

 

Doa Penutup

Allah yang baik, kami senantiasa memperoleh berkat dari-Mu secara melimpah, ajarilah kami untuk tak henti-hentinya menjadi saluran berkat untuk siapapun yang  Dikau percayakan kepada kami. dengan demikian kami boleh menjadi perantara kebahagiaan dari-Mu. Amin.

 

 

 

 

 

Fr. Bonaventura Dwi Nugraha/Tk. III

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *