[et_pb_section fb_built=”1″ admin_label=”section” _builder_version=”3.0.47″][et_pb_row admin_label=”row” _builder_version=”3.0.48″ background_size=”initial” background_position=”top_left” background_repeat=”repeat”][et_pb_column type=”4_4″ _builder_version=”3.0.47″][et_pb_text admin_label=”Text” _builder_version=”3.21″ background_size=”initial” background_position=”top_left” background_repeat=”repeat” header_font=”||||||||” header_4_font=”||||||||” header_4_text_color=”#651906″ header_4_line_height=”1.5em” header_4_font_size=”19px” header_2_font=”||||||||” header_2_font_size=”27px” header_2_text_color=”#651906″ custom_margin=”||0px” header_3_font=”||||||||” text_font=”||||||||” quote_font=”Cabin||||||||” quote_text_color=”#0c71c3″ quote_font_size=”23px” quote_line_height=”1.2em” quote_border_weight=”27px” quote_border_color=”#e02b20″ quote_text_align=”right”]
Paus Fransiskus dengan rendah hati meminta berkat kepada Imam muda yang baru saja ditahbiskan. (28/08/2019).
Sumber: Sesawi.Net
Belajar Menjadi Bebas
oleh Fr. Andi Muda
Setiap bulan di Seminari Tinggi para Frater mendapatkan uang saku dari ekonomat melalui perantaraan Bruder. Biasanya menjelang akhir bulan, kamar Bruder menjadi ramai karena kedatangan para Frater yang ingin mengambil uang saku. Uang saku yang boleh dikatakan tidak seberapa jumlahnya itu menjadi rasa syukur kami, apalagi di tanggal-tanggal tua seperti ini. Ada satu pengalaman sekitar sebulan yang lalu, ketika saya mengambil uang saku di Bruder untuk membeli keperluan mandi yang sudah mulai menipis. Saat saya hendak membelanjakan uang saku tersebut, saya berjumpa dengan seorang nenek yang datang kepada saya. Nenek tersebut tampaknya sedang dalam perjalanan pulang dari Solo menuju Temanggung, dan sesampainya di Jogja beliau kehabisan uang transport karena ditipu oleh kondektur bus yang beliau tumpangi. Nenek ini bermaksud meminta bantuan saya untuk menghantarkannya pulang ke Temanggung. Tetapi karena saya tidak bisa menghantarkan nenek ini pulang ke Temanggung dan juga karena rasa kasihan saya kepada beliau, akhirnya saya merelakan uang saku saya tadi untuk membiayai transport pulang nenek tersebut.
Dari pengalaman tersebut, saya belajar untuk menjadi bebas. Bebas bukan dalam arti saya dapat melakukan sesuatu semau gue, tetapi kebebasan untuk mengalahkan egoisme yang mengikat diri saya. Dalam bacaan Injil yang kita renungkan hari ini, Yesus mengajak kita untuk berani belajar menjadi bebas. Yesus memberi contoh bagaimana kita dapat belajar menjadi bebas. Pertama, soal memberi tempat terhormat kepada orang lain dalam sebuah pesta perkawinan (ay.10). Kedua, soal mendahulukan kepentingan orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta dalam sebuah pesta perkawinan (ay. 13). Kedua contoh ini sebenarnya ingin mengajak kita untuk mampu mengalahkan rasa egois yang mengikat diri kita dengan belajar menjadi orang bebas.
Belajar menjadi bebas itu perlu: Pertama, kita belajar untuk menjadi rendah hati. Dengan mendahulukan kepentingan orang lain, kita tidak menganggap diri kita lebih utama dari orang lain. Karena jika kita terus menjadi pemuja diri kita, kita bisa jatuh pada sikap sombong dan egois, sehingga rahmat Allah tidak bekerja di dalam diri kita. Kedua, kita membiarkan diri kita diberkati Allah melalui orang-orang yang telah kita tolong hidupnya. Jika kita dengan tulus dan rela mendahulukan kepentingan orang lain, yakinlah Allah akan mencurahkan berkat-Nya juga kepada kita melalui orang-orang baik di sekitar kita.
Maka, pertanyaan bagi kita adalah sudahkah aku menjadi orang bebas? Menjadi orang bebas adalah pilihan dan bukan paksaan. Mau?
[/et_pb_text][/et_pb_column][/et_pb_row][/et_pb_section]