Renungan Sabda: Luk 2:33-35 (Pw. S.P Maria Berdukacita)-(Sabtu XXIII-B)

Facebook
WhatsApp
Email

“Tetap Mengasihi Meski Menderita”

Doa Pembuka

Allah Bapa kami, Engkaulah sumber kebijaksanaan, syukur atas anugerah penyertaan-Mu. Kami mohon berkat-Mu, semoga memampukan kami untuk semakin berani berjuang menjalani setiap tanggungjawab yang Engkau percayakan. Mampukanlah kami untuk memahami setiap sabda yang Engkau berikan. Nama-Mu kami puji kini dan sepanjang masa. Amin

Renungan

        Suatu hari dalam sebuah perjumpaan, seorang ibu mengatakan demikian: menghadapi anak-anak yang kadang nakal dan menjengkelkan, saya berusaha untuk sabar dan tidak marah dengan mengeluarkan kata-kata yang kasar. Saya meyakini bahwa kata-kata seorang ibu adalah sebuah doa. Dengan penuh kesabaran, saya berusaha untuk menjadi sahabat bagi anak-anak dalam segala pergulatan yang  mereka alami. Ungkapan ini menjadi salah satu gambaran, bagaimana seorang ibu mengungkapkan kasih bagi anak-anaknya.
        Pada hari ini, Gereja Katolik memperingati Santa Perawan Maria Berdukacita. Perayaan ini mulai populer di dalam Gereja Katolik sejak abad ke-XII, dimulai oleh para biarawan Benediktin, lalu menyebar ke seluruh Gereja Katolik. Paus Pius X menetapkan tanggal 15 September sebagai perayaan peringatan liturgi di dalam Gereja. Dalam perayaan ini, apa yang dapat kita renungkan dari pribadi Maria yang berdukacita?

        Bacaan injil hari ini mengisahkan kasih yang begitu besar dari seorang Maria. Ia dengan setia menyertai putra-Nya sampai waktu penghabisan. Betapa sedih hati seorang ibu, memandang Putranya yang dikasihi harus wafat dengan cara disiksa dan disalib. Sebuah peristiwa yang mungkin tidak pernah terfikirkan, tetapi pada akhirnya harus ia terima dan alami. Perayaan Bunda Maria berdukacita mengundang kita untuk memiliki keterbukaan hati terhadap kehendak dan rencana Allah. Dalam peziarahan hidup ini, kita memiliki aneka kesulitan dan pergumulan hidup. Kita memiliki cita-cita dan harapan, namun terkadang apa yang menjadi kehendak-Nya berbeda dengan yang kita harapkan. Marilah kita berusaha supaya dapat menerima segala kesulitan, duka dan kecemasan hidup dengan menyatukan dalam penderitaan Kristus. Pertanyaan yang sekiranya membantu kita merenungkan sabda hari ini ialah dalam segala tantangan dan kesulitan bersediakah kita untuk tetap berjuang bersama Yesus yang tersalib atau justru kita berlari mengandalkan diri pribadi saja? Semoga kita mampu untuk meneladan Bunda Maria dalam setiap peristiwa dan keadaan.

Doa Penutup

Bapa Maha Pengasih, kami bersyukur kepada-Mu atas keteladanan Bunda Maria dalam menghayati segala kehendak Bapa. Kasih yang begitu besar telah menggerakkan bunda Maria untuk menjadi pribadi yang berani berjuang dalam keadaan yang tidak mudah.  Bimbinglah kami untuk menjalani segala perutusan yang Engkau selenggarakan dalam hidup kami. Jangan biarkan kami berputus asa karena kesulitan. Semoga keteladanan bundaMu meyakinkan kami untuk terus melangkah memahami segala kehendak-Mu. Nama-Mu kami puji, kini, dan sepanjang segala masa. Amin.
(Fr. Benedictus Nugroho, Tk. VI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *