|

Search
Close this search box.

Renungan Sabda: Luk 5 : 33-39 (Jumat Pekan XXII-B)

Facebook
WhatsApp
Email

Doa Pembuka:

Ya Allah, aku menyadari bahwa aku berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu. Sementara Engkau telah ada sebelum segala sesuatu ada, dan setiap makhluk adalah ciptaan-Mu. Engkau membentuk aku dari rahim ibuku dengan cinta yang tak terbatas, dan Engkau selalu menyertaiku dengan perlindungan-Mu. Aku berharap semoga Engkau merangkul jiwaku pada saat kematianku agar aku dapat memasuki rumah surga bersama-Mu selamanya. Ya Allah aku berterimakasih karena Engkau berkenan mengunjungiku dan memberkatiku dengan cinta-Mu. Ambillah kembali cintaku dan dengan rendah hati aku persembahkan hidupku kepada-Mu. Ya Allah, baharuilah dan remajakanlah kembali hidup rohaniku.

Renungan

        Hari ini Yesus mengadakan suatu perjamuan besar dengan Lewi dan orang berdosa (Lih. Luk 5:29-30). Para ahli Kitab dan orang Farisi ikut datang mengamat-amati Yesus dan para murid-Nya, karena mereka mewaspadai ajaran-Nya yang tidak sesuai dengan  hukum dan peraturan standard mereka. Mereka berkata: “Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid orang-orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum” (lih. Luk 5: 33). Pernyataan mereka tentang “puasa” ini secara tidak langsung berisi penghakiman: “Engkau dan murid-murid-Mu tidak mengikuti tradisi puasa Yahudi, maka Engkau tidak suci”. Mereka mengatakan hal itu bukan sebagai pertanyaan, tetapi sebagai sebuah pernyataan atau tuduhan. Mereka tidak terbuka untuk melihat peristiwa itu dengan cara yang baru. Demikian juga kita, kita dapat merasa bersalah atas sejumlah tuduhan, bahkan penghakiman yang datangnya dari orang-orang intern Gereja Katolik sendiri yang tidak melakukan olah keagamaan seperti yang kita lakukan. Kita didesak untuk meninggalkan dan menanggalkan titik acuan olah keagamaan yang sedang kita gunakan. Titik acuan kita adalah ajaran Gereja yang dipimpin Roh Kudus, baik itu Tradisi Gereja yang diwariskan maupun Ajaran Baru yang berasal dari Roh Kudus.
       Berhadapan dengan pernyataan dan tuduhan itu, Yesus memberikan jawaban yang sederhana: ada saat dan tempatnya baik untuk berpuasa ataupun makan. Gereja mencoba menangkap ajakan Yesus ini melalui Lingkaran Liturgi. Di dalam kenyataan sehari-hari, beberapa orang atas kemauannya sendiri mempunyai waktu yang khusus melakukan hal-hal yang tidak  biasa, tetapi bagi kebanyakan dari kita, Tahun Liturgi merupakan lingkaran alami tentang masa Sukacita dan masa Tobat. Pada saat kita “bersukacita dengan mempelai laki-laki” seperti Natal dan Paska kita merayakan kedatangan Kristus dan kebangkitan-Nya. Pada saat yang lain, kita mencoba membangun sikap tobat kita, misalnya pada masa pra-Paska kita lebih memusatkan diri pada usaha perbaikan diri karena relasi kita dengan Allah terganggu akibat dosa-dosa kita. Sementara itu pada masa Advent kita membersihkan hati untuk menerima kedatangan Tuhan pada hari Natal. Masa Biasa mempunyai waktu pesta dan waktu khususnya sendiri. Pertanyaan bagi kita ialah apakah kita sungguh-sungguh mempunyai kesadaran untuk menghidupi Liturgi Gereja ini atau kita menolaknya? Apakah ajakan dan ajaran “makan dan puasa” di dalam Gereja memberi arti bagi hidup kita? Atau sebaliknya, lingkaran Liturgi ini menjadi “barang aneh” yang hampir tidak kita perhatikan?
       Kemudian Yesus memberi tantangan kepada semua yang hadir di tempat itu dengan menyampaikan perumpaman.  Dengan perumpamaan “pakaian dan anggur “ini Yesus ingin menekankan gagasan bahwa untuk bisa memeluk dan menerima pesanNya kita perlu untuk “berpikir di luar kebiasaan dari cara berpikir orang-orang” atau bahasa kerennya “out of the box”. Kita dengan mudah tidak mau mengubah aturan-aturan yang sudah tetap dan teratur, dan mudah merasa puas dan mendapatkan kehangatan di dalam iman kita. Lebih celakanya lagi, jika ternyata rasa nyaman, dan puas dengan peraturan itu berkembang bersama dan hidup berdampingan dengan kebiasaan dosa kita. Untuk mengikuti Yesus dan Injil-Nya dengan benar, kita perlu “menanggalkan manusia lama kita” dan  “mengenakan manusia baru di dalam Kristus.” Bagi orang Farisi berarti mereka diminta untuk menanggalkan sikap mereka yang memegang peraturan secara ketat dan kecenderungan sikap untuk menghakimi. Bagi Lewi dan teman-temannya, hal itu berarti meninggalkan keduniawian mereka dan gaya hidup yang membawa dosa. Menanggalkan “manusia lama” bukanlah tugas yang mudah – karena anggur lama adalah minuman enak yang sering kita gunakan – tetapi kita diajak untuk mengambil langkah penyadaran diri akan “manusia lama kita” yang ada dalam diri kita dan memutuskan untuk menanggalkannya agar kita bisa memeluk pesan Kristus yang selalu menantang dan baru.

Doa Penutup

Ya Yesus, bantulah aku untuk lebih mampu memusatkan diri dalam mengikuti-Mu daripada menghakimi sesama. Tunjukkanlah kepadaku siapakah aku dan pribadi macam apakah yang Kauhendaki. Limpahkanlah rahmat-Mu agar aku mampu menghidupi cara hidup Gereja – makan dan puasa – dengan penuh semangat, sehingga Engkau dapat mengubah aku menjadi manusia baru. Hari ini bantulah aku untuk membuat hari Jumat ini sebagai peringatan akan kematian-Mu dengan mempersembahkan korban sederhana sebagai penitensi atas dosa-dosaku, dan dengan demikian aku akan menjalani hari Minggu mendatang dengan kegembiraan saat merayakan kebangkitan-Mu. Amin.
(MoDjokS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *