[et_pb_section fb_built=”1″ _builder_version=”3.0.47″][et_pb_row _builder_version=”3.0.48″ background_size=”initial” background_position=”top_left” background_repeat=”repeat”][et_pb_column type=”4_4″ _builder_version=”3.0.47″][et_pb_text _builder_version=”3.0.74″ background_size=”initial” background_position=”top_left” background_repeat=”repeat”]
Mulat Laku Jantraning Bantala
Doa Pembuka:
Bapa maha kasih, aku bersyukur kepada-Mu atas hari hidupku dan orang-orang baik yang telah Kau utus kepadaku. Semoga melalui mereka semua, aku semakin bertumbuh dalam iman harapan dan kasih. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Renungan:
Saudara-saudari terkasih. Dalam delapan jalan hidup orang Jawa, salah satunya disebutkan; “Mulat Laku Jantraning Bantala”. Artinya, hiduplah dengan mengambil jalan seperti bumi. Setiap hari ia dicangkul, dibor, dipestisida dan sebagainya. Meski demikian, ia tidak pernah marah dan menerima itu dengan rendah hati. Sebaliknya, ia menghasilkan kebaikan dengan menumbuhkan buah-buahan, sayur, bunga dan berbagai macam tumbuhan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk ciptaan yang lain.
Saudara-saudari yang terkasih. Hari ini Tuhan Yesus bersabda: ”Tidak ada pohon baik yang mengeluarkan buah yang tidak baik”. Bila kita berasal dari bibit yang baik (Allah), maka kita akan tumbuh menjadi pohon yang baik pula. Masalahnya, ketika bibit itu akan bertumbuh, ia membutuhkan suplai nutrisi yang cukup, dikelola oleh petani yang handal dan tumbuh dalam tanah yang baik. Bagi kita, suplai makanan, petani yang handal dan tanah yang baik adalah Allah yang hadir melalui orang-orang yang ada di sekitar kita. Oleh karena itu, marilah kita membuka hati terhadap mereka dengan mau menerima kritik dan saran, menjadi pribadi yang mudah bekerjasama dan tidak mengeluh dalam menghadapi masalah kehidupan. Dengan demikian, kebaikan dalam diri kita akan tetap terjaga dan akhirnya menghasilkan buah yang baik. Amin.
Doa Penutup:
Bapa yang baik, berilah aku karunia rahmat-Mu untuk menerima apa yang tidak bisa aku ubah, mengubah apa yang bisa aku ubah dan kebijaksanaan untuk membedakan keduanya. Demi Kristus Pengantara kami. Amin.
(Fr. Agustinus Brian, Tk. III, Keuskupan Purwokerto)
[/et_pb_text][/et_pb_column][/et_pb_row][/et_pb_section]