|

Search
Close this search box.

Renungan Sabda: Lukas 8:19-21 | Selasa, 24 September 2019 | Hari Biasa Pekan XXV

Facebook
WhatsApp
Email

[et_pb_section fb_built=”1″ admin_label=”section” _builder_version=”3.0.47″][et_pb_row admin_label=”row” _builder_version=”3.0.48″ background_size=”initial” background_position=”top_left” background_repeat=”repeat”][et_pb_column type=”4_4″ _builder_version=”3.0.47″][et_pb_text quote_border_weight=”27px” quote_border_color=”#e02b20″ admin_label=”Text” _builder_version=”3.21″ text_font=”||||||||” quote_font=”Cabin||||||||” quote_text_align=”right” quote_text_color=”#0c71c3″ quote_font_size=”23px” quote_line_height=”1.2em” header_font=”||||||||” header_2_font=”Atma|||on|||||” header_2_text_align=”center” header_2_text_color=”#c80e04″ header_2_font_size=”27px” header_2_letter_spacing=”2px” header_2_line_height=”1.1em” header_2_text_shadow_style=”preset4″ header_3_font=”Atma||||||||” header_3_text_color=”#e02b20″ header_4_font=”Atma||||||||” header_4_text_color=”#651906″ header_4_font_size=”19px” header_4_line_height=”1.5em” header_5_font=”Atma||||||||” header_5_text_color=”#e02b20″ header_5_letter_spacing=”3px” header_5_text_shadow_style=”preset4″ header_6_font=”Advent Pro||||||||” background_size=”contain” background_repeat=”round” background_blend=”difference” border_width_left=”0px” custom_margin=”||0px”]

Sumber Gambar: Internet

Dengar dan Lakukan

oleh: Fr. Yonas Bastian

 

Cukup sering kita mendengar kisah tentang “Malin Kundang”. Ceritanya kurang lebih begini: ada seorang anak merantau ke luar daerah asalnya. Setelah berhasil, ia kemudian hidup bahagia dengan istrinya. Ketika kembali ke kampung asalnya, ia disambut oleh seorang ibu tua dengan pakaian lusuh. Malin tahu betul bahwa ibu tua itu adalah ibu kandungnya. Tetapi ketika ia dipeluk oleh ibu tua itu, ia justru mengatakan bahwa ia tidak mengenal ibu tua itu, bahkan mengolok-oloknya. Ibu tua itu sedih dan terkejut dengan perkataan dan perlakuan si Malin. Ia berdoa pada Tuhan supaya menghukum orang yang tidak mau mengakui ibu kandungnya seperti Malin. Akhirnya Malin berubah menjadi batu.

Cerita tentang Malin Kundang nampaknya menjadi cerita yang sangat legenderis dan populer di kalangan masyarakat kita. Akan tetapi, kisah itu berbeda dengan kisah Yesus dan sanak saudara-Nya dalam Luk 8:19-21. Ceritanya tentang ibu dan saudara-saudara Yesus yang ingin berjumpa dengan Yesus yang sedang mengajar. Meski ada kesan bahwa Yesus ‘kurang’ mengacuhkan ibu dan saudara-saudara-Nya, tetapi ada makna lain dari tindakan-Nya tersebut.

Bayangkan kita berada di posisi ibu dan saudara-saudara Yesus. Kita berbondong-bondong mencari Yesus yang sedang ‘famous’ mengajar. Tetapi karena terhalang oleh banyak orang, kita tidak dapat menemui-Nya secara dekat. Ketika ada orang yang tahu kedatangan kita, kemudian ia berkata pada Yesus bahwa “ibu dan saudara-saudara-Mu mencari-Mu” (ayat 20). Di tengah-tengah mengajar tiba-tiba Yesus berkata kepada semua orang di sana, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” (ayat 21).

Apa yang terjadi? Akankah kita sakit hati dengan ucapan Yesus yang seperti itu, jauh-jauh hanya ingin bertemu tetapi bukannya ditemui, tetapi Yesus justru seolah mengabaikan kita? Apakah dengan begitu Tuhan tidak mau menerima ibu dan saudara-saudara yang mencari-Nya? Tentu tidak. Tuhan Yesus mengatakan seperti itu supaya orang-orang tahu bahwa semua orang adalah saudara-Nya, asalkan mau mendengarkan firman Allah dan melakukannya.

Istilah ‘saudara’ di sini bukanlah berarti relasi biologis, tetapi kedekatan karena ketaatan. Ketaatan untuk apa? Ketaatan untuk mendengarkan firman Allah dan melakukannya. Caranya bisa dimulai dengan mendengarkan pesan bacaan dalam Ekaristi dan mencoba mengamalkannya dalam hidup sehari-hari. Oh, ya, mendengarkan tidak hanya berarti secara fisik, tetapi juga ‘mendengarkan dengan hati’. Setiap kali kita membaca firman Tuhan, kita mencoba untuk menimbang dan meresapkannya dalam hati. Saat inilah kita juga mencoba untuk mendengarkan Tuhan lewat suara hati kita. Suara hati kita inilah yang menuntun kita untuk mampu bertidak sesuai dengan kehendak Tuhan dan untuk kebaikan tentunya.

Mau semakin dekat dengan Tuhan, mari sering-sering membaca dan mendengarkan firman Tuhan dan melakukan apa yang jadi pesan-Nya. []
 

 

[/et_pb_text][/et_pb_column][/et_pb_row][/et_pb_section]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *