[et_pb_section fb_built=”1″ admin_label=”section” _builder_version=”3.0.47″][et_pb_row admin_label=”row” _builder_version=”3.0.48″ background_size=”initial” background_position=”top_left” background_repeat=”repeat”][et_pb_column type=”4_4″ _builder_version=”3.0.47″][et_pb_text quote_border_weight=”27px” quote_border_color=”#e02b20″ admin_label=”Text” _builder_version=”3.21″ text_font=”||||||||” quote_font=”Cabin||||||||” quote_text_align=”right” quote_text_color=”#0c71c3″ quote_font_size=”23px” quote_line_height=”1.2em” header_font=”||||||||” header_2_font=”Atma|||on|||||” header_2_text_align=”center” header_2_text_color=”#c80e04″ header_2_font_size=”27px” header_2_letter_spacing=”2px” header_2_line_height=”1.1em” header_2_text_shadow_style=”preset4″ header_3_font=”Atma||||||||” header_3_text_color=”#e02b20″ header_4_font=”Atma||||||||” header_4_text_color=”#651906″ header_4_font_size=”19px” header_4_line_height=”1.5em” header_5_font=”Atma||||||||” header_5_text_color=”#e02b20″ header_5_letter_spacing=”3px” header_5_text_shadow_style=”preset4″ header_6_font=”Advent Pro||||||||” background_size=”contain” background_repeat=”round” background_blend=”difference” border_width_left=”0px” custom_margin=”||0px”]
Sumber Gambar: https://genjus.files.wordpress.com/2008/03/fx.gif
Mewarta Karena Dicinta
Oleh: Fr. Yonas Bastian
Ada seorang murid yang baik yang telah lama berguru pada seorang guru yang baik pula. Setiap hari murid ini selalu mengerjakan apa yang diajarkan gurunya dan menemani sang guru ke manapun ia pergi. Sesekali membantu apa yang diminta oleh sang guru. Suatu kali, guru mengajak murid pergi ke suatu tempat yang membutuhkan banyak pertolongan. Untuk sampai ke tempat itu, mereka harus melalui banyak tempat. Di banyak tempat yang telah dilalui murid melihat bahwa sang guru telah melakukan banyak hal. Ia melihat sang guru menolong orang yang kesusahan, kelaparan, dan bersedih. Dengan ilmunya, tampak sang guru juga menyembuhkan orang yang sakit, kerasukan, bahkan yang telah mendekati ajalnya. Melihat semua yang dilakukan gurunya, murid hanya berdecak kagum. Baginya sang guru begitu hebat dan menginspirasi.
Suatu kali, ketika hampir tiba di tempat yang menjadi tujuan perjalanan mereka, sang guru tiba-tiba terjatuh akibat kelelahan. Murid membawa sang guru ke tempat yang teduh dan beristirahat di sana. Ketika istirahat, sang guru memanggil murid dan ingin menyampaikan sesuatu padanya. “Waktuku tidak lama lagi anakku. Kurasa telah cukup kamu menjadi muridku. Tinggalkan aku di sini, dan berangkatlah ke tempat yang menjadi tujuan kita. Berbuat baiklah di sana sebagaimana telah kita lakukan di banyak tempat sebelum ini.” Murid paham apa yang dimaksudkan oleh guru. Tetapi ia tidak tega meninggalkan guru. Tetapi karena patuhnya murid kepada guru, ia pergi dan melanjutkan perjalanan sampai ke tujuan.
Sampai di tempat tujuan, ingatan akan kebersamaannya dengan sang guru masih hangat dibenaknya. Ia pun ingat bahwa ia selalu terinspirasi oleh apa yang dilakukan sang guru kepada semua orang yang dijumpai. Maka, kini ia pun melakukan hal yang sama. Setiap kali membantu orang, ia selalu teringat bahwa sang guru pun selalu baik padanya. Melalui seluruh tindakannya, sang guru ternyata telah menanamkan cinta yang begitu besar bagi dirinya. Cinta itulah yang sebenarnya telah ia pelajari dan alami dari sang guru.
Cerita di atas setidaknya mampu menjadi gambaran untuk merenungkan Injil hari ini. “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Perintah yang ditujukan bagi para murid ini juga merupakan perintah bagi kita semua sebagai pengikut Kristus. Perintah itu pun disampaikan Yesus menjelang kenaikan-Nya ke surga. Hal ini menandakan bahwa Ia ingin agar kita ikut ambil bagian dalam karya pewartaan-Nya.
Sebagaimana Paulus yang begitu membara dalam mewartakan Injil (1Kor 9:16-19.22-23), Santo Fransiskus Xaverius yang kita peringati hari ini pun sama. Pengalaman merasakan cinta Tuhan yang begitu luar biasa dalam hidup mereka mendorong mereka mau menjadi pewarta bahkan hingga titik darah penghabisan. Cinta Tuhan itu pulalah yang selalu mereka bagikan kepada setiap makhluk. Maka, kita sebagai pengikut Kristus, yang telah merasakan bahwa cinta Tuhan begitu dahsyat dalam hidup kita, dipanggil untuk mau mewartakan Injil-Kabar Sukacita dengan mau membagikan kasih yang telah kita terima.
Tuhan telah mencurahkan cinta-Nya. Maka dari cinta itulah hendaknya kita mau membagikan kasih kepada sesama melalui perbuatan konkret. Kita dipanggil untuk mau melakukan amal kasih tanpa pandang suku, agama, dan ras; mau menolong tanpa mengharapkan imbalan; menghibur orang yang kesusahan; dan masih banyak lagi. Mari kita ingat-ingat pengalaman hidup kita. Sudahkah aku mewartakan kasih-Nya? []
[/et_pb_text][/et_pb_column][/et_pb_row][/et_pb_section]