|

Search
Close this search box.

Renungan Sabda: Markus 8:22-26 (Rabu Biasa Pekan VI)

Facebook
WhatsApp
Email
[et_pb_section fb_built=”1″ _builder_version=”3.0.47″][et_pb_row _builder_version=”3.0.48″ background_size=”initial” background_position=”top_left” background_repeat=”repeat”][et_pb_column type=”4_4″ _builder_version=”3.0.47″][et_pb_text _builder_version=”3.0.74″ background_size=”initial” background_position=”top_left” background_repeat=”repeat”]

Ia Mengasihimu dengan Cara-Nya

Doa Pembuka:

Allah Bapa Maha Pengasih, Engkau telah berkenan mendampingi dan mengaruniakan kasih Mu pada kami. Kami mohon berilah kami rahmat-Mu, agar kami dapat semakin peka dalam merasakan kasih-Mu yang Kau limpahkan pada kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Renungan:

Pada bacaan injil, Yesus ditampakkan menjadi pribadi yang terbuka dan mau untuk direpotin oleh orang yang mungkin tidak dikenal oleh Yesus. Ia mau untuk menjamah orang tersebut. Ia mau untuk menyembuhkannya dengan cara yang unik. Ia menyembuhkan orang itu dengan cara meludahinya. Walau seperti itu, itulah wujud cinta Allah, bentuk perhatian Allah pada umat yang disayanginya.

Ia menyembuhkan orang itu dengan cara meludahinya. Mungkin bila itu adalah aku, aku merasa bahwa itu adalah penghinaan. Mana ada yang mau orang diludahi. Dalam kontemplasiku, orang buta itu sudah merasa putus asa. Ia telah disingkirkan oleh banyak orang, mungkin juga keluarganya. Orang buta itu rela untuk diperlakukan khusus oleh Allah demi kebaikannya. Selain itu, orang buta itu terbuka akan karya Allah. Aku membayangkan ketika ia tidak terima, mungkin kasih yang Allah berikan mental. Ia tidak akan mendapatkan kasih Allah yang coba ditawarkan. Memang caranya unik dan terkesan aneh.

Dalam kehidupan sehari-hari, Tuhan juga terkadang memperingatkan ku dengan cara yang unik. Ketika aku lupa bersyukur pada setiap makanan yang telah aku santap, aku malah menggigit bibirku sendiri dan bibirku luka. Aku jadi sariawan. Hari-hari berikutnya aku menjadi sengsara. Setelah itu, aku baru bisa bersyukur betapa nikmatnya makan dengan normal.

Maka dari itu, saya mengajak para pembaca untuk semakin terbuka akan karya Allah. Terkadang karya Allah begitu aneh dan menyakitkan. Terkadang karya Allah menyakiti kita. Tapi sebenarnya, Allah menyakiti kita demi kebaikan kita. Kalau tidak seperti itu, mungkin kita akan semakin sakit ataupun semakin menjauh dari Allah sendiri. Allah tidak mau setiap umat-Nya menjauh dan menolak kasih Allah yang senantiasa Ia tawarkan pada kita semua.

Doa Penutup:

Allah Bapa Maha Kudus, berkat Engkau yang hadir dalam diri kami, kami mampu untuk merasakan kasih yang begitu personal dengan kami. Kami mohon sertailah kami, agar kasih yang telah kami terima tidak berhenti pada kami saja. Kasih itu dapat kami bagikan pada setiap orang yang kami temui pada hari ini. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

(Fr.Thomas Rosario Babtista, Tingkat I, Keuskupan Purwokerto)

[/et_pb_text][/et_pb_column][/et_pb_row][/et_pb_section]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *