Renungan Sabda: Matius 20:17-28 (Rabu Prapaskah II)

Facebook
WhatsApp
Email
[et_pb_section fb_built=”1″ _builder_version=”3.21″][et_pb_row _builder_version=”3.21″][et_pb_column type=”4_4″ _builder_version=”3.21″][et_pb_accordion _builder_version=”3.21″][et_pb_accordion_item _builder_version=”3.21″ open=”on”]

“Terlalu mudah Nyinyir”

 

Doa Pembuka

Allah Bapa Sumber Belas Kasih, Engkau berbelas kasih kepada siapa saja yang memohon kemuurahan hati-Mu. Dan berkat kerahiman-Mu, bebaskanlah kami dari belenggu dosa yang kami lakukan karena kelemahan kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa Allah, sepanjang segala masa. Amin. 

 

 

 

Renungan:

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, bacaan hari ini mengajak kita untuk merenungkan sikap dan tindakan keseharian untuk “tidak mudah nyinyir”. Masih lekat dalam ingatan Final Liga Champion Eropa beberapa tahun yang lalu. Sang Kiper dalam laga puncak blunder sehingga menguntungkan tim lawan. Semakin menarik ketika, di kolom komentar live streaming ada banyak komentar bagi sang Kiper oleh netizen. Mereka begitu mudah nyinyir, menyalahkan sang Kiper. Para nitizen begitu mudah dibutakan atas kesalahan kecil itu. Segala sesuatu semata-mata melihat hasil akhir pertandingan, bukan seberapa kerasnya perjuangan dari latihan hingga laga puncak. Hidup seakan suram tanpa harapan.

Begitu pula pengalaman yang dialami oleh nabi Yeremia pada bacaan hari ini. Para lawan nabi begitu mudah nyinyir akan kesalahan nabi. Lebih parahnya, sebaik apapun hidup seorang nabi, para lawan mencari kesalahan-kesalahan yang dapat diperdebatkan dan menjadi konsumsi publik. Sampai-sampai, mereka mengadakan persepakatan. Mereka menguji konsistensi nabi Yeremia. “Marilah kita memukul dia dengan perkataannya sendiri dan jangan memperhatikan setiap perkataannya!”.

Berhadapan dengan dinamika pengalaman ini, apa yang harus kita perbuat? Saya mengajak para saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus Yesus untuk mengubah cara pandang dalam melihat realita kehidupan ini. Hidup tidak mesti berada dalam puncak performa, namun perlu disadari juga ada saat dimana kita jatuh.  Sikap yang perlu dibangun ialah tidak mudah reaktif atas persoalan yang terjadi, tapi membangun sikap proaktif untuk membangun teman, saudara-saudari kita dan bahkan diri kita sendiri. Marilah kita menghargai proses perjuangan teman dan saudara-saudari kita, dan tidak mudah nyinyir atas  kesalahan yang terjadi. Nabi Yeremia memberikan teladan bagi kita untuk mengampuni  dan mendoakan bagi para lawannya. Sudahkan kita menahan diri untuk tidak mudah nyinyir dan menumbuhkan sikap menghargai kepada sesama kita? Relakah kita mengampuni dan mendoakan orang-orang yang membuat hidup tidak sesuai yang kita diharapkan? Marilah kita membangun harapan hidup hari ini menjadi lebih baik. Tuhan memberkati.

 

 

 

 

Doa Penutup

Allah Bapa Mahapengasih, semoga perlingdungan-Mu kepada kami tiada putus-putusnya dan menjauhkan kami dari segala hal yang mengalihkan perhatia kami dalam peziarahan menuju kehidupan abadi. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan Kami. Amin.

 

  (Fr. Yohanes Kristi, Tingkat IV, KAS)

[/et_pb_accordion_item][et_pb_accordion_item title=”Your Title Goes Here” _builder_version=”3.21″ open=”off”]

Your content goes here. Edit or remove this text inline or in the module Content settings. You can also style every aspect of this content in the module Design settings and even apply custom CSS to this text in the module Advanced settings.

[/et_pb_accordion_item][/et_pb_accordion][/et_pb_column][/et_pb_row][/et_pb_section]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *