Renungan Sabda: Mrk 7:31-37 (Minggu Pekan XXIII-B)

Facebook
WhatsApp
Email

Doa Pembuka

Ya Allah, di dalam doa-Ku, pagi ini aku datang kembali di hadapan-Mu. Aku memang tidak melihat-Mu, tetapi imanku mengatakan bahwa Engkau ada dan hadir sekarang ini. Engkau siap mendengarkan dan rindu untuk berbicara denganku. Kehadiran-Mu memberikan harapan kepadaku sebab Engkau adalah Allah yang penuh kuasa, Pencipta langit dan bumi. Engkaulah sumber kebaikan di dalam hidupku. Segala sesuatu yang terjadi padaku selalu Engkau ketahui dan aku percaya bahwa Engkau mengijinkannya hal itu terjadi padaku. Engkaulah harapanku yang memimpinku untuk mampu mencintai. Aku ingin sehati, sepikiran dan seperasaan dengan-Mu, menyatukan kehendakku dengan kehendak-Mu. Ya Allah, ajarilah aku bagaimana sendirian bersama-Mu. Bantulah aku untuk menemukan-Mu.

Renungan

    Injil hari menceritakan Yesus yang menyembuhkan seorang yang tuli dan gagap. Ia memisahkan orang yang akan disembuhkanNya itu dari banyak orang. Yesus ingin sendirian saja bersama orang tersebut,  menjauh dari kebisingan dan kerumunan banyak orang. Ia ingin bercakap-cakap dengannya dalam suasana tenang dan hening. Peristiwa ini menjadi undangan bagi kita bahwa Ia mengundang kita juga untuk berani memisahkan diri dari kegiatan dan kerumunan banyak orang. Untuk apa Ia menghendaki kita mencari waktu dan mengambil jarak dari banyak orang dan dari gangguan? Untuk berdoa, berdialog secara pribadi dengan-Nya. Ia ingin menyatakan diri-Nya pada jiwa kita dan menyembuhkan  “penyakit” yang menghalangi komunikasi kita dengan cinta-Nya dan dengan sesama.
      Kerapkali Injil menceritakan tentang Yesus yang membuat mujijat  hanya dengan sebuah kata. Kadangkala pula Ia melakukan mujijat-Nya dengan suatu tindakan seperti yang dilakukannya pada hari ini: “ Yesus memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu meludah dan meraba lidah orang itu.”  Kita bisa belajar dari peristiwa ini, yaitu upaya penyembuhan seringkali membutuhkan usaha manusiawi. Kita memerlukan tindakan medis dan manusiawi. Kita tidak sepenuhnya murni sebagai ciptaan rohani, tetapi tubuh dan roh menjadi satu. Bagian tubuh kita memainkan sebagian hidup kita, tetapi kita juga perlu berlutut dan bersimpuh di hadapan-Nya untuk berdoa. Kita perlu menyisihkan waktu untuk  sendirian beradorasi di depan Sakramen Mahakudus. Kita perlu membaca Kitab Suci, dll. Kita perlu merawat hidup ini baik dari sisi manusiawi maupun rohani agar kita sehat dan sembuh dari dosa, serta semakin dekat dengan Kristus.
     Buah dari perjumpaan dengan Kristus ialah dapat berbicara dengan jelas. Kabut ketidak-sempurnaan dilepas dan dihapus , dan orang yang tuli dan gagap itu mulai berbicara dengan jelas dan  baik, sehingga banyak orang takjub dan tercengang. Jika kita berjumpa dengan Kristus secara pribadi,  maka kabut yang menyelubungi pikiran dan omongan kacau dan tidak pantas  kita akan dilepas dan dihapus. Pedang kebenaran Allah yang bermata dua akan bersinar melalui kata-kata (jawa-semboyan seminari: Suluk) dan tindakan kita sehingga banyak orang akan menjadi takjub.

Doa Penutup

Ya Allah, hari ini aku ingin menyisihkan sebagaian waktuku agar bisa berjumpa dengan-Mu. Aku ingin menjadi murid-Mu. Aku ingin kebenaran dan cinta-Mu bersinar di dalam hidupku. Bukalah pikiranku sehingga aku dapat menerima kebenaran-Mu sebagaimana seharusnya. Lembutkanlah hatiku untuk mencintai-Mu dengan cinta yang murni  agar mampu mengalir melimpah dalam hati orang-orang di sekitarku. Teguhkanlah dan mantapkanlah kehendakku untuk memeluk-Mu dan jalan-jalan-Mu.
(MoDjokS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *