“Melawan Stigma”
Doa Pembuka
Allah Bapa Yang Maharahim, bukalah hati kami untuk mampu mencintai orang-orang di sekitarku. Ajarilah aku untuk memberi hati dan menyapa mereka yang disingkirkan, tidak memiliki sahabat, dan mendapat stigma negatif dari banyak orang. Semoga kehadiranku hari ini bisa menjadi berkat bagi siapapun yang aku jumpai. Amin.
Renungan
Apa jadinya ketika seseorang sudah menjadi aib satu kota? Cukup bisa dibayangkan: hujatan, komentar nyinyir, bulan-bulanan, sikap acuh, bahkan sanksi sosial berupa stigma sebagai seorang yang ‘najis’ tidak akan terhapus sampai liang lahat sekalipun. Itulah situasi yang dialami oleh perempuan berdosa dalam kisah yang ditulis oleh Santo Lukas.
Wanita itu datang dengan buli-buli pualam yang berisi minyak wangi yang tentu tidak murah. Dan yang jauh lebih mahal, ia datang dalam kerapuhan, penyesalan, dan harapan yang begitu besar untuk dipulihkan. Tidak tanggung-tanggung! Ia rela bersujud di bawah kaki-Nya, lalu mulai membasahi kaki-Nya dengan air matanya, menyekanya dengan rambutnya. Kemudian, ia menciumi kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi yang ia bawa. Adegan itu menggambarkan sebuah jalan kesunyian yang ditempuh oleh perempuan berdosa sejak ia bergumul pertama kali dengan kedosaannya. Pengakuan dosa yang ia buat tidak berhenti sampai di bilik kamar pengakuan yang eksklusif. Pengakuan dosanya bahkan dilakukan secara publik yang memancing semua mata tertuju padanya.
Yesus menunjukkan sikap kerahiman dan belas kasih Allah Bapa bagi setiap orang yang rindu kembali ke panggilan jiwanya sebagai orang-orang merdeka yang terlepas dari jerat dosa. Bagimanakah dengan kita? Saat-saat berhadapan dengan orang-orang yang tidak diperhitungkan dalam masyarakat, bagaimanakah reaksi yang muncul? Saat berkawan dengan orang-orang yang mendapat stigma negatif masyarakat, apa yang kita lakukan? Ah, persis seperti yang terjadi dalam kisah itu, “Stigma mendatangkan pukulan. Penerimaan jauh lebih mendatangkan kehidupan”. Pilihan ada di tangan kita masing-masing! Semoga hari ini kita bisa menjadi udara segar bagi mereka yang kurang diperhitungkan kehadirannya.
Doa Penutup
Ya Allah Yang Maha Adil, Engkau mengajari kami untuk tidak ikut-ikutan menyingkirkan orang lain yang menderita. Mampukanlah kami hari ini untuk berani merengkuh setiap pribadi yang membutuhkan sapaan dan sahabat seperjalanan untuk melewati masa-masa sulit hidupnya. Semua ini kami mohon kepada-Mu, sebab Engkaulah Guru dan Teladan hidup kami. Amin.
(Fr. Fikalis Rendy Aktor, Tingkat VI)