|

Search
Close this search box.

RENUNGAN PESTA KELAHIRAN SANTA PERAWAN MARIA

Facebook
WhatsApp
Email

Jumat, 8 September 2023

Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria

Renungan Sabda: Matius 1 : 18-23

RENUNGAN PESTA KELAHIRAN SANTA PERAWAN MARIA

Fr. Emanuel Candra Karunia

Pada hari ini Gereja Katolik merayakan pesta kelahiran Santa Perawan Maria. Maria menjadi wanita yang istimewa dalam Gereja Katolik karena ia menjadi Ibu dari Tuhan Yesus. Hal yang menarik dari bacaan hari ini yaitu kemauan dari Maria dan Yusuf untuk menaati kehendak Allah yang disampaikan melalui perkataan malaikat Tuhan. Dalam bacaan Injil yang kita dengarkan hari ini (Matius 1 : 18-23), malaikat Tuhan datang dalam mimpi Yusuf. Melalui mimpi itu, malaikat Tuhan menasehati Yusuf agar ia tidak takut mengambil Maria sebagai istrinya. Maria mengemban tugas untuk mengandung dan melahirkan Yesus Kristus, Sang Penyelamat. Maria melahirkan anak laki-laki yang dinamai Yesus, Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Maria dan Yusuf dipanggil dan ditentukan oleh Allah untuk menjadi keluarga, tempat Yesus dilahirkan dan dibesarkan.

Dari hal itu kita dapat menyadari bersama bahwa sejak lahir, Maria telah ditentukan untuk berkontribusi dalam pemenuhan karya keselamatan Allah. Permenungan tentang kelahiran Santa Perawan Maria dapat kita maknai lebih dalam dengan melihat sejauh mana kita meneladani Bunda Maria dalam kehidupan yang konkret. Kita perlu menyadari bahwa kita dipanggil untuk mengemban tugas seperti Ibu Maria yang berkontribusi dalam karya keselamatan Allah. Kita dapat bertanya dalam diri kita masing-masing : apakah kita mau menjadi orang yang berkontribusi dalam kebaikan? Berkontribusi untuk mewujudkan kerukunan dan sukacita merupakan salah satu peran yang dapat dilakukan dalam rangka ambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Sesungguhnya kita dapat berkontribusi untuk mengupayakan nilai-nilai kebaikan melalui hal sederhana. Berperan untuk mewartakan keselamatan dapat dimulai dengan mengusahakan kebiasaan baik yang sederhana.

Hal yang menjadi tantangan bagi kita dalam mengupayakan nilai-nilai kebaikan bersama yaitu kurangnya keberanian dan kemauan diri. Merenungkan niat-niat baik memang lebih mudah dari pada melaksanakannya. Terkadang, ketika kita hendak berkontribusi untuk melakukan kebaikan, ada pikiran bahwa hal itu akan membosankan dan sulit diterapkan. Ada pula kekhawatiran bahwa tindakan baik kita dinilai sebagai pencitraan oleh orang lain.

Tentu ada tantangan ketika kita hendak berkontribusi dalam hal kebaikan. Kesenangan pribadi, kepentingan diri sendiri, prasangka buruk, dan keadaan sekitar yang kurang mendukung bisa saja menghentikan niat kita untuk berkontribusi dalam kebaikan. Maka, dalam hal ini, kita juga dapat meneladani Santo Yusuf yang tidak malu untuk mengambil Maria sebagai istrinya. Kita tidak perlu malu untuk berbuat kasih, walaupun hal itu sangat sederhana, sepele dan tidak dilihat oleh banyak orang. Kita tidak perlu membayangkan perbuatan baik yang heroik atau dipandang banyak orang. Cukuplah bagi kita bila setiap hari kita mau berbagi senyuman, sapaan, perhatian, dukungan, dan nilai-nilai positif yang membangun kehidupan bersama menjadi lebih harmonis. Semakin hari, kontribusi sederhana itu akan berkembang dan menghasilkan sukacita bagi orang- orang yang kita jumpai karena hal itu sudah menjadi kebiasaan. Tentunya, masing-masing orang memiliki kemampuan dan caranya sendiri dalam mewujudkan kasih serta kebaikan. Maka dari itu, marilah kita berkontribusi untuk berbuat kasih dengan cara-cara sederhana terlebih dahulu. Bagaimana itu caranya? Kita dapat bertanya kepada diri kita masing-masing sesuai dengan kemampuan dan konteks kehidupan kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *