Renungan Sabda: Kis 6:8-10;7:54-59 | Kamis, 26 Desember 2019 | Pesta St. Stefanus Martir Pertama

Facebook
WhatsApp
Email

[et_pb_section fb_built=”1″ admin_label=”section” _builder_version=”3.0.47″][et_pb_row admin_label=”row” _builder_version=”3.0.48″ background_size=”initial” background_position=”top_left” background_repeat=”repeat”][et_pb_column type=”4_4″ _builder_version=”3.0.47″][et_pb_text quote_border_weight=”27px” quote_border_color=”#e02b20″ admin_label=”Text” _builder_version=”3.21″ text_font=”||||||||” quote_font=”Cabin||||||||” quote_text_align=”right” quote_text_color=”#0c71c3″ quote_font_size=”23px” quote_line_height=”1.2em” header_font=”||||||||” header_2_font=”Atma|||on|||||” header_2_text_align=”center” header_2_text_color=”#c80e04″ header_2_font_size=”27px” header_2_letter_spacing=”2px” header_2_line_height=”1.1em” header_2_text_shadow_style=”preset4″ header_3_font=”Atma||||||||” header_3_text_color=”#e02b20″ header_4_font=”Atma||||||||” header_4_text_color=”#651906″ header_4_font_size=”19px” header_4_line_height=”1.5em” header_5_font=”Atma||||||||” header_5_text_color=”#e02b20″ header_5_letter_spacing=”3px” header_5_text_shadow_style=”preset4″ header_6_font=”Advent Pro||||||||” background_size=”contain” background_repeat=”round” background_blend=”difference” border_width_left=”0px” custom_margin=”||0px”]

Sumber Gambar: goodsalt.com

Menjadi Martir Jaman Now

Fr. Patrik Diego Arbi Arwendi

Saudara-saudari yang terkasih,

Setelah euforia sukacita natal kita peringati kemarin hari, hari ini kita langsung bertolak menuju kisah kemartiran St. Stefanus yang mati secara keji karena dilempari batu. Sekilas, ada suatu nuansa yang bertolak belakang antara keduanya. Kendatipun demikian, agaknya semangat sukacita natal juga dapat kita maknai dalam spiritualitas kemartiran. Sebagaimana kita tahu, kemartiran St. Stefanus bukanlah sebuah kesia-siaan, melainkan justru menjadi sukacita iman yang luar biasa. Bahkan, Tertulianus pun menegaskan bahwa, “Darah para martir adalah benih bagi Gereja.”

Ketika kita berpijak dalam konteks hidup kita sekarang ini, apakah semangat kemartiran masih dapat kita wujudkan? Apakah kita rela memberikan nyawa demi iman kita akan Dia? Ya, jawaban ini perlu kita renungkan. Keprihatinannya, seringkali pengorbanan menjadi mahal harganya, ketika kita hanya berlomba-lomba mengejar kepentingan pribadi. Kendatipun demikian, semangat kemartiran tetap masih dapat kita wujudkan. Tentu, konteks jaman kita mengisyaratkan bahwa kemartiran tidak melulu soal pembunuhan dan kematian demi iman, melainkan kemartiran dapat dimulai dalam bentuk-bentuk yang sederhana. Semangat matiraga dan belarasa menjadi salah satu jalan untuk mewujudkannya.

Mari, kita membawa sukacita natal, sukacita kebaruan hidup dengan semangat kemartiran. Kita harus keluar dari zona nyaman kita, segala situasi kedosaan kita menuju kepada kebaruan hidup yang lebih baik. Kita perlu berani membunuh segala kebiasaan buruk, kelalaian, kesalahan, dan dosa kita demi iman kita akan Kristus. Dengan demikian, harapannya kita dapat menjadi martir jaman now yang sejati. []

[/et_pb_text][/et_pb_column][/et_pb_row][/et_pb_section]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *